Jumat, 20 Mei 2016

PSIKOLOGI UMUM : GESTALT, PSIKOANALISIS DAN BEHAVIOURISME

1.      JELASKAN DAN BERI CONTOH PSIKOLOGI DARI SUDUT PANDANG GESTALT!

Arti Gestalt bisa bermacam-macam sekali, yaitu form, shape (dalam bahasa Inggris ) atau bentuk, hal, peristiwa, hakikat esensi, totalitas. Terjemahannya ke dalam bahasa Inggris pun bermacam-macam antara lain shape psychology, convigurationism, whole psychology, dan sebagainya. Karena adanya kesimpangsiuran dalam penerjemahan, akhirnya para sarjana di seluruh dunia sepakat untuk menggunakan istilah “Gestalt” tanpa menerjemahkannya ke dalam bahasa lain.
Menurut Kamus Lengkap Psikologi buatan J.P. Chaplin, Gestalt adalah aliran atau posisi sistematis dalam bidang psikologi, dengan dampak adanya penentuan bahwa pokok persoalan yang sejati bagi psikologi ialah tingkah laku dan pengalaman sebagai kesatuan totalitas.
Psikologi gestatl berasal dari gerakan intelektual Jerman yang sangat dipengaruhi oleh berbagai model akademi Wurzburg terdahulu dan pendekatan fenomenologis terhadap ilmu pengetahuan. Psikologi gestalt lebih terfokus pada proses-proses persepsi, di mana pokok pikirannya yang utama adalah ‘bahwa suatu keseluruhan adalah lebih besar daripada penjumlahan bagian-bagiannya’.
Solso dkk (2007:435) menjelaskan, “para tokoh dan penganut gestaltist beranggapan bahwa suatu permasalahan (perseptual) ada ketika ketegangan (strees) muncul sebagai interaksi antara persepsi dan memori”. Dalam teori gestalt ini juga terdapat konsep functional fixedness yang tidak lain adalah merupakan konsep dari Karl Duncker (1945). Konsep tersebut memberikan kecenderungan untuk mempersepsikan suatu barang sesuai fungsinya. Hal ini bisa jadi, sebagai salah satu faktor penghambat seseorang dalam menyelesaikan permasalahan. Sedangkan langkah-langkah yang ditawarkan oleh psikologi gestalt yakni, langkah pertama mengevaluasi harapan yang kemudian dilanjutkan dengan hipotesis, setelah itu pengujian terhadap hipotesis, dan langsung pada tahap hipotesis terkonfirmasi (bila hipotesis awal diterima). Apabila tidak, maka kembali menjari hipotesis baru (hipotesis tidak terkonfirmasi).
Dalam hal ini Psikologi Gestalt sependapat dengan pandangan filsafat fenomenologi yang mengatakan bahwa pengalaman haruslah dilihat secara netral, tidak dipengaruhi oleh apa pun. Menurut gestalt, belajar adalah gejala kognitif pada organisme untuk mendapatkan penyelesaian problema yang di hadapi. Teori ini dikembangkan oleh tiga orang, Max Wertheimer, Kurt Koffka, dan Wolfgang Kohler.
Studi kasus tentang psikologi gestalt:
Kohler melakukan sebuah percobaan melalui seekor simpanse bernama Sultan untuk membuktikan fungsi insight dalam proses pemecahan masalah.
Eksperimen I
Problem yang dihadapi oleh simpanse, yaitu pisang diletakkan digantung di atas sangkar sehingga simpanse tidak dapat meraih pisang tersebut. Di sudut sangkar diletakkan sebuah kotak yang kuat untuk dinaiki oleh simpanse. Pada awalnya simpanse berusaha meraih pisang yang digantung di atas sangkat, tetapi ia selalu gagal. Kemudian simpanse memerhatikan sekeliling sangkar dan ia melihat sebuah kotak yang kuat, maka timbullah pemahaman dalam diri simpanse, yakni menghubungkan kotak tersebut dengan pisang. Lalu kotak tersebut diambil dan ditaruh tepat di bawah pisang. Selanjutnya simpanse menaiki kotak dan akhirnya ia dapat meraih pisang tersebut.
Eksperimen II
Sama dengan eksperimen dua, pisang ditaruh di atas sangkar dan ada kotak, hanya saja pada eksperimen ini ada dua kotak yang dapat disambung untuk dinaiki dan digunakan untuk meraih pisang di atas sangkar, pada awalnya simpanse menggunakan kotak satu untuk meraih pisang diatas sangkar, tetapi gagal. Simpanse melihat ada satu kotak lagi di dalam sangkar dan ia menghubungkan kotak tersebut dengan pisang dan kotak yang satunya lagi. Dengan pemahaman tersebut, simpanse menyusun kotak-kotak itu dan ia berdiri di atas kotak-kotak dan akhirnya dapat meraih pisang diatas sangkar dengan tangnnya.
Ada pun contoh penerapan gestalt dalam kehidupan sehari-hari:
Ada seorang siswa bernama Bayu, Bayu adalah siswa yang rajin belajar. Ia tidak pernah bolos pelajaran. Kemudian suatu hari ia di panggil oleh guru BP untuk menghadapnya. Bayu merasa ketakutan, ia berpikir bahwa ia sedang mendapat masalah. Setelah ia datang menemui guru BP, ternyata presepi bayu selama ini salah. Ia berpikir jika di panggil guru BP maka ia akan mendapat masalah.
Dari percobaan pada simpanse di atas dapat disimpulkan bahwa dengan insight atau pemahaman, kita dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Selain itu, percobaan tersebut dapat membuktikan bahwa perilaku simpanse dalam memecahkan masalah tidak hanya di dasarkan oleh stimulus dan respon, tetapi juga karena adanya pemahaman mengenai masalah dan bagaimana cara memecahkan masalah tersebut. Pada awalnya simpanse harus membentuk sebuah presepsi tentang situasi yang ada menggambungkan semua hal yang relevan dalam masalah sebelum muncul insight. Insight sangat penting dalam sebuah proses belajar. Pembentukan insight dalam diri individu belajar terjadi karena adanya persepsi terhadap lingkungannya. Insight juga akan muncul apabila seseorang telah beberapa saat mencoba dan memahami suatu masalah sehingga di dapat kejelasan dan di mengerti maknanya.
Kesimpulan dari cerita Bayu adalah bahwa Bayu merasakan sensasi ketakutan ketika tahu jika ia di panggil guru BP dan ia membentuk sebuah presepsi jika di panggil guru BP maka akan mendapat sebuah masalah. Biasanya presepsi itu berhubungan dengan pikiran yang negatif.
Pemahaman tergantung pada situasi atau lingkungan, sebab insight itu hanya mungkin terjadi apabila situasi belajar itu diatur sedemikian rupa sehingga hal-hal yang perlu dapat diamati. Belajar dengan pemahaman dapat diulangi, jika suatu masalah yang telah dipecahkan dengan insight lain kali diberikan lagi pada pelajar yang bersangkutan, maka dia dengan langsung dapat memecahkan masalah itu lagi.

2.      JELASKAN DAN BERI CONTOH PSIKOLOGI DARI SUDUT PANDANG ANALISA !

Aliran psikoanalitik mempelajari perkembangan kepribadian dan perilaku abnormal daripada aliran psikologi. Aliran ini di kembangkan oleh Dr. Sigmund Freud sehingga lebih dikenal dengan nama Aliran Freud. Aliran Psikoanalisa dari Sigmund Freud berasumsi bahwa energi penggerak awal perilaku manusia berasal dari dalam diri manusia yang terletak jauh di alam bawah sadar. Itulah sebabnya, mengapa begitu banyak penyakit fisik yang disebabkan oleh tertekannya psikologis seseorang.
Sigmund Freud mengemukakan bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak-sadar (unconscious). Baru pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yakni id, ego, dan superego.
Sigmud Freud merupakan seorang psikolog dan filosof terkenal dan pernah mendapatkan penghargaan Goethe Prize. Beliau lahir pada 6 Mei 1856 di Freiberg, beliau merupakan seorang Austria keturunan Yahudi dan juga pendiri aliran psikoanalisis dalam bidang ilmu psikologi. Pada mulanya istilah psikoanalisis hanya dipergunakan dalam hubungan dengan Freud saja, sehingga “psikoanalisis” dan “psikoanalisis” Freud sama artinya. Bila beberapa pengikut Freud dikemudian hari menyimpang dari ajarannya dan menempuh jalan sendiri-sendiri, mereka juga meninggalkan istilah psikoanalisis dan memilih suatu nama baru untuk menunjukan ajaran mereka. Contoh yang terkenal adalah Carl Gustav Jung dan Alfred Adler, yang menciptakan nama “psikologi analitis” (en: Analitycal psychology) dan “psikologi individual” (en: Individual psychology) bagi ajaran masing-masing.
* Psikoanalisis memiliki tiga penerapan:
1) suatu metoda penelitian dari pikiran
2) suatu ilmu pengetahuan sistematis mengenai perilaku manusia
3) suatu metoda perlakuan terhadap penyakit psikologis atau emosional.

* Menurut Freud psikoanalisis mempunyai tiga arti Bertens 1979 yaitu:
1.  untuk menunjukkan suatu metoda penelitian terhadap proses-proses psikis yang sebelumnya hampir tidak terjangkau oleh penelitian ilmiah;
2.  untuk menunjukkan suatu teknik untuk menyembuhkan gangguan-gangguan jiwa yang dialami pasien neurosis;
3.  untuk menunjukkan seluruh pengetahuan psikologis yang diperoleh melalui metoda dan teknik tersebut.
Menurut Sigmund Freud, Id merupakan sumber segala energi psikis sehingga Id merupakan komponen utama dalam kepribadian. Id adalah satu-satunya komponen kepribadian yang hadir sejak lahir, aspek kepribadiannya sadar dan termasuk dari perilaku naluriah dan primitif. Id didorong oleh prinsip kesenangan yang berusaha untuk memenuhi semua keinginan dan kebutuhan, apabila tidak terpenuhi maka akan timbul kecemasan dan ketegangan. Menurut Frued id mencoba untuk menyelesaikan ketegangan yang diciptakan oleh prinsip kesenangan dengan proses utama yang melibatkan proses dalam pembentukan citra mental dari objek yang diinginkan sebagai cara untuk memuaskan kebutuhan. Sebagai contoh adalah ketika merasa lapar atau haus maka akan segera memenuhi kebutuhan tersebut dengan makan atau minum sampai id tersebut terpenuhi.
Yang kedua adalah Ego. Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk menangani dengan realitas. Menurut Freud, ego berkembang dari id dan memastikan bahwa dorongan dari id dapat dinyatakan dalam cara yang dapat diterima di dunia nyata. Fungsi ego baik di pikiran sadar, prasadar, dan tidak sadar. Ego beroperasi menurut proses sekunder. Tujuan proses sekunder adalah mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukannya suatu objek yang cocok untuk pemuasan kebutuhan. Dengan kata lain fungsi ego adalah menyaring dorongan-dorongan yang ingin dipuaskan oleh Id berdasarkan kenyataan.
Dan komponen yang terakhir adalah Superego. Superego adalah suatu gambaran kesadaran akan nilai-nilai dan moral masyarakat yang ditanam oleh adat-istiadat, agama, orangtua, dan lingkungan. Pada dasarnya Superego adalah hati nurani, jadi Superego memberikan pedoman untuk membuat penilaian, baik yang benar atau yang salah. Superrgo hadir dalam sadar, prasadar dam tidak sadar. Id, Ego dan Superego saling mempengaruhi satu sama lain, ego bersama dengan superego mengatur dan mengarahkan pemenuhan id dengan berdasarkan aturan-aturan yang benar dalam masyarakat, agama dan perilaku yang baik atau buruk. Menurut Sigmund Freud, kunci kepribadian yang sehat adalah keseimbangan antara Id, Ego dan Superego. 

Contoh Teori Freud tentang id, ego dan superego :

Rino akan mengikuti ujian esok pagi, tapi ia tidak siap untuk mengikuti padahal ia sudah belajar untuk  ujian tersebut. Ketika pagi datang dan ujian dimulai. Ia melihat soal yang keluar tidak sama dengan yang ia pelajari. Dalam keadaan kesulitan, ia ingin berbuat curang dan berniat untuk menyontek. Tetapi rino tidak berani menyontek karena dia tahu menyontek itu dosa.
Kesimpulan dalam hal ini misalnya saja dalam keadaan ujian kesulitan, id.nya adalah kepingin berbuat kecurangan. Pada mulanya, Id sama sekali berada di luar kontrol individu. Id hanya melakukan apa yang disukai. Ia dikendalikan oleh “prinsip kesenangan” ( the pleasure principle ). Pada Id tidak dikenal urutan waktu ( timeless ).  Selain itu, juga tidak peduli apakah pemenuhan keinginan itu akan berbenturan dengan norma-norma yang berlaku. Yang penting baginya adalah keinginannya terpenuhi dan ia memperoleh kepuasan.
 Lalu egonya adalah keinginan menyontek, tetapi super ego.nya adalah dia tidak berani menyontek karena dia tahu menyontek itu dosa.  Apabila superego lebih kuat dari pada ego, maka dia tidak akan menyontek . Dalam hubungannya pada aktivitas untuk menanggapi suatu permasalahan ada kita tidak bisa terlepas dengan 3 konsep yang diajukan oleh  Sigmund Freud dengan teori psikoanalitiknya seperti konsepsi id, ego, dan super ego. Yang mana konsepsi id menerangkan kecepatan respon yang secara tidak sadar dilakukan oleh karena munculnya suatu permasalahan tertentu, Konsepsi ego harus diikuti proses pemikiran terlebih dahulu sebelum bertindak, dan konsepsi super ego menyiratkan kita akan pentingnya harmonisasi antara tindakan yang dilakukan dengan norma atau kebiasaan yang ada (M.sc, Psikologi Komunikasi, 1986 ). Pada mulanya, Id sama sekali berada di luar kontrol individu. Id hanya melakukan apa yang disukai. Ia dikendalikan oleh “prinsip kesenangan” ( the pleasure principle ).

3.      JELASKAN DAN BERI CONTOH PSIKOLOGI DARI SUDUT PANDANG BEHAVIORISME !

Behaviorisme berasal dari kata behavior ( tingkah laku, kelakuan, perilaku) suatu respon, reaksi dan tanggapan yang dilakukan oleh suatu organisme. Secara khusus, bagian dari satu kesatuan pola reaksi. Behaviorisme adalah suatu pandangan teoritis yang beranggapan, bahwa pokok persoalan psikologi adalah tingkah laku, tanpa mengaitkan konsepsi-konsepsi mengenai kesadaran atau mentalitas ( Kamus lengkap psikologi J.P Chaplin)
Teori Behaviorisme adalah teori belajar yang menekankan pada hasil belajar dan tidak memperhatikan pada proses berpikir siswa. Menurut teori ini, belajar dipandang sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan paradigma Stimulus-Respon, yaitu suatu proses yang memberikan respon tertentu terhadap stimulus yang datang dari luar. Proses Stimulus-Respon (SR) yaitu dorongan,rangsangan, respon serta penguatan. Ada beberapa jenis teori yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh Behaviorisme yaitu Teori Pengkondisian Klasikal dari Pavlov, serta Teori Connectionism dari Thornaike, Teori Operant Conditioning dari B.F.Skinner, teori Watson, Teori Clark Hull, dan juga Teori Edwin Gutrei.
Terdapat beberapa pandangan tokoh-tokoh tentang pendekatan behaviorisme yang dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya sebagai berikut.
1.       Pavlov
2.      Thorndike
3.      Watson
4.      Clark Hull
5.      Edwin Guthrie, dan
6.      Skiner 

Masing-masing tokoh memberikan pandangan tersendiri tentang apa dan bagaimana behavoristik tersebut.
1.      Teori Pengkondisian Klasikal dari Pavlov
Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia .Classic conditioning ( pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya.
Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang diinginkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda dengan binatang.
Ia mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi pipi pada seekor anjing. Sehingga kelihatan kelenjar air liurnya dari luar. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan, maka akan keluarlah air liur anjing tersebut. Kini sebelum makanan diperlihatkan, maka yang diperlihatkan adalah sinar merah terlebih dahulu, baru makanan. Dengan sendirinya air liurpun akan keluar pula. Apabila perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, maka pada suatu ketika dengan hanya memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan maka air liurpun akan keluar pula.
Makanan adalah rangsangan wajar, sedang sinar merah adalah rangsangan buatan. Ternyata kalau perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, rangsangan buatan ini akan menimbulkan syarat(kondisi) untuk timbulnya air liur pada anjing tersebut. Peristiwa ini disebut: Reflek Bersyarat atau Conditioned Respons.
Pavlov berpendapat, bahwa kelenjar-kelenjar yang lain pun dapat dilatih. Bectrev murid Pavlov menggunakan prinsip-prinsip tersebut dilakukan pada manusia, yang ternyata diketemukan banyak reflek bersyarat yang timbul tidak disadari manusia. Melalui eksperimen tersebut Pavlov menunjukkan bahwa belajar dapat mempengaruhi perilaku seseorang.

2.      Teori Koneksionisme Thorndike
Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R ). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon dari adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. Dalam eksperimennya, Thorndike menggunakan kucing.
Dari eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box) tersebut diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya kemampuan untuk memilih respons yang tepat serta melalui usaha –usaha atau percobaan-percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu. Bentuk paling dasar dari belajar adalah “trial and error learning atau selecting and connecting learning” dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi.

Dari percobaan ini Thorndike menemukan hukum-hukum belajar sebagai berikut
A.    Hukum Kesiapan(law of readiness), yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
B.     Hukum Latihan (law of exercise), yaitu semakin sering tingkah laku diulang/ dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat. Prinsip law of exercise adalah koneksi antara kondisi (yang merupakan perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan-latihan, tetapi akan melemah bila koneksi antara keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan. Sehingga prinsip dari hukum ini menunjukkan bahwa prinsip utama dalam belajar adalah ulangan. Makin sering diulangi, materi pelajaran akan semakin dikuasai.
C.     Hukum akibat(law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi.  

Selain tiga hukum di atas Thorndike juga menambahkan hukum lainnya dalam belajar yaitu Hukum Reaksi Bervariasi (multiple response), Hukum Sikap ( Set/ Attitude), Hukum Aktifitas Berat Sebelah ( Prepotency of Element), Hukum Respon by Analogy, dan Hukum perpindahan Asosiasi ( Associative Shifting).

3.      Teori Conditioning Watson
Watson merupakan seorang behavioris murni. Kajian Watson tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti fisika atau biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh dapat diamati dan diukur. Menurut Watson, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respons. Dalam hal ini, stimulus dan respons yang dimaksud dibentuk dari tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur. Watson mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar dan ia menganggap hal-hal tersebut sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan.

4.      Teori Systematic Behavior Clark Hull
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respons untuk menjelaskan pengertian tentang belajar. Dalam hal ini, ia sangat terpengaruh oleh teori evolusi yang dikembangkan oleh Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga kelangsungan hidup manusia. Oleh sebab itu, teori Hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemenuhan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia. Sehingga stimulus dalam belajar pun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respons yang mungkin akan muncul dapat bermacam-macam bentuknya. Dalam kenyataannya, teori-teori demikian tidak banyak digunakan dalam kehidupan praktis, terutama setelah Skinner memperkenalkan teorinya. Hingga saat ini, teori Hull masih sering dipergunakan dalam berbagai eksperimen di laboratorium.

5.      Teori Conditioning Edwin Guthrie
Demikian halnya dengan Edwin Guthrie, ia juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respons untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Menurut Edwin, stimulus tidak harus berhubungan dengan kebutuhan atau pemuasan biologis sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Clark dan Hull. Dalam hal ini, hubungan antara stimulus dan respons cenderung hanya bersifat sementara. Oleh sebab itu, dalam kegiatan belajar perlu diberikan sesering mungkin stimulus agar hubungan antara stimulus dan respons bersifat lebih tetap. Ia juga mengemukakan agar respons yang muncul sifatnya lebih kuat dan bahkan menetap, sehingga diperlukan berbagai macam stimulus yang berhubungan dengan respons tersebut. Guthrie juga percaya bahwa hukuman(punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu merubah kebiasaan dan perilaku seseorang. Setelah Skinner mengemukakan dan mempopulerkan pentingnya penguatan (reinforcement) dalam teori belajarnya, sehingga hukuman tidak lagi dipentingkan dalam belajar.
6.      Teori Operant Conditioning Skinner
Konsep-konsep yang dikemukakan oleh Skinner tentang belajar mampu mengungguli konsep-konsep lain yang dikemukakan oleh para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana dan dapat menunjukkan konsepnya tentang belajar secara komprehensif. Menurut Skinner, hubungan antara stimulus dan respons yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang digambarkan oleh para tokoh sebelumnya.
Oleh sebab itu, untuk memahami tingkah laku seseorang secara benar perlu terlebih dahulu memahami hubungan antara stimulus satu dengan lainnya, serta memahami respons yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin akan timbul sebagai akibat dari respons tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa, dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah.
Sebab, setiap alat yang dipergunakan perlu penjelasan lagi, demikia  seterusnya. Dari semua pendukung Teori behavioristik, Teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berpogram, modul, dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan oleh Skinner.

Contoh studi kasus tentang stimulus dan respon:
Ada seorang wanita asli orang sunda, suatu hari ia pergi ke Malaysia untuk menjadi seorang TKW. Ketika ia pergi ke Malaysia, logat sunda yang ia miliki masih sangat kental. Ia belum terbiasa dengan logat melayu. Setelah ia tinggal beberapa bulan di Malaysia, maka yang awalnya tidak bisa logat melayu kini telah dapat memiliki logat melayu dalam berbicara

Ini merupakan salah satu contoh teori yang dikemukakan oleh Watson, dimana kepribadian atau tingkah laku seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Dari contoh di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa kepribadian, karakter atau tingkah laku seorang individu dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Belajar dalam teori behaviorisme ini selanjutnya dikatakan sebagai hubungan langsung antara stimulus yang datang dari luar (kebiasaan bercakap-cakap dengan majikan di Malaysia) dengan respons yang ditampilkan oleh individu (bisa logat melayu) . Respons tertentu akan muncul dari individu, jika diberi stimulus dari luar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar