Menurut
Hildayani, Rini (2005: 7.3), mau menang sendiri yaitu prilaku anak yang
tidak mau dan tidak bisa menerima kekalahan, maksudnya keadaan yang menyebabkan
ia merasa tidak berhasil mencapai apa yang diinginkan, meliputi hal-hal yang
bersifat materi maupun non-materi.
Prilaku mau
menang sendiri dapat muncul dalam bentuk lain, seperti berbaris selalu ingin
didepan, mengerjakan tugas harus selesai terlebih dahulu,berusaha merebut
perhatian guru, tidak suka bila temannya mendapat nilai yang lebih tinggi atau
temannya dipuji guru sementara dirinya tidak (tidak mendapatkan non materi yang
diinginkan).
Prilaku mau
menang sendiri erat kaitannya dengan sifat iri hati/cemburu pada teman/orang
lain dan belum atau tidak berkembangnya kontrol diri pada anak. Anak yang mau
menang sendiri berusaha mendominasi/menguasai anak lain, memaksa temannya untuk
mengikuti apa yang diinginkannya.
Pada
dasarnya perilaku mau menang sendiri pada anak prasekolah bila terjadi
sekali-kali masih dianggap wajir, tapi jika terjadi berulang-ulang dan sering
hampir tiap hari maka hal tersebut sudah menjadi masalah dan tidak lagi dapat
diterima sebagai hal yang wajar.
Dalam lingkungan kehidupan
sehari-hari kita, kapanpun, dimanapun, akan selalu ada saja karakter orang yang
mau menang sendiri, sering merendahkan idea atau eksistensi orang lain, sok
ngatur dll. Sikap yang sebenarnya dapat dikategorikan sebagai ‘childish’
(kekanak-kanakkan), ya bagai seorang anak kecil yang selalu dimanja, maka saat
dia bermain dengan temannya, dia akan selalu ‘ingin menang sendiri’, marah
apabila kalah dan membuat suatu permainan berubah jadi ‘ga asik lagi’.
Tidak mau kalah atau menang sendiri
merupakan satu sikap buruk dalam pergaulan, interaksi social, maupun kehidupan
rumah tangga. Orang yang memiliki karakter seperti ini cenderung otoriter,
sombong, dan tidak kenal kompromi. Segala sesuatu harus dibawah kekuasaan dan
tunduk pada keinginannya. Jangankan menerima pendapat orang lain, mendengarnya
saja sudah tidak mau.
Bisa jadi pribadi ini sudah
terbentuk dari sejak kecil. Mungkin dia sudah dibentuk oleh lingkungannya.Pemanjaan
yang berlebihan dapat menjadi penyebab anak sulit menerima kekalahan. Orang tua
yang cenderung mengikuti/memenuhi keinginan dengan segera, menyebabkan anak
tidak pernah belajar menunda keinginannya, atau menerima kekecewaan. Di
kehidupan dewasanya, mereka akan berubah menjadi pribadi yang ingin menang
sendiri
Ciri-ciri
anak yang mau menang sendiri
Menurut Hildayani, Rini (2005: 7.4),
ciri-ciri anak yang mau menang sendiri yaitu,
a)
Kurang mampu mengontrol diri/emosi
b)
Memiliki kecenderungan agresif
c)
Self esteem (harga diri) seolah-olah yang paling
tinggi
d)
Empati kurang berkembang
e)
Tidak mengikuti aturan dan bertindak semaunya
f)
Perilakunya memancing kemarahan orang sekitarnya
g)
Kualitas hubungan sosialnya buruk
h)
Memiliki sikap penuntut (demanding)
Penyebab
anak mau menang sendiri
Menurut
Hildayani, Rini (2005: 7.4), hambatan dalam perkembangan sosial-emosional anak
yang maumenang sendiri yang tampil dalam bentuk sikap, prilaku,dan ciri-ciri
seperti yang diatas disebabkan olehbeberapa hal, yaitu:
a)
Temperamen anak yang tergolong sulit
Tempramen adalah factor bawaan yang
diturunkan oleh orang tua terhadap anaknya yang menyebabkan adanya perbedaan
individual dalam merespon lingkungan. Perbedaan tersebut menyangkut delapan
hal, yaitu tingkat aktivitas, irama biologis, kecenderungan untuk mendekatkan
atau menghindar, kemampuan beradaptasi, ambang sensori, intensitas atau tingkat
energy reaksi, suasana hati, rentang perhatian atau ketakutan. Pada anak yang
tempramen sulit, kemampuan beradaptasinya kurang, intensitas reaksinya tinggi,
dan suara hati yang negative, serta tingkat ketekunan yang rendah, menyebabkan
perilaku mau menang sendiri mudah muncul.
b)
Perlakuan dan pola asuh anak yang kurang tepat
Beberapa perlakuan orang tua yang
kurang tepat karena terlalu sedikit atau terlalu banyak memenuhi kebutuhan
dasar psikologis anak dapat menjadi penyebab berkembang perilaku mau menang
sendiri pada anak. Perilaku tersebut misalnya:
1.
Pemanjaan yang berlebihan dapat menjadi penyebab anak
sulit menerima kekalahan. Orang tua yang cenderung mengikuti/memenuhi keinginan
dengan segera, menyebabkan anak tidak pernah belajar menunda keinginannya, atau
menerima kekecewaan.
2.
Kurang perhatian, kasih sayang dan kehangatan
dari orang tua juga dapat menjadi penyebab perilaku mau menang sendiri.
Kebutuhan psikologisnya tidak terpenuhi dengan cukup, membuat anak tidak merasa
nyaman, tidak dicintai, tidak diterima dan tidak berharga bagi orang tuanya.
3.
Orang tua yang cenderung permisif, membiarkan
anak berperilaku sesuai keinginannya tanpa ada upaya untuk membatasi
perilakunya sehingga pada anak tidak ditanami moral, disiplin dan rasa tanggung
jawab.
Menurut Hendra surya (2006:100),
mengemukakan faktor yang menyebabkan anak memiliki sikap mau menang sendiri
adalah :
1.
Anak terlalu dimanja
Secara sadar atau tidak sadar
sebagian orang tua memperlakukan anak secara istimewa. Sehingga orang tua
selalu ingin membahagiakan anaknya dengan cara memenuhi segala keinginan
anaknya. Rasa kasih sayang secara berlebihan secara perlahan-lahan membentuk
karakter pada anak seperti : menuntut perhatian yang berlebihan, menuntut suatu
secara berlebihan, setiap keinginan anak harus dipenuhi, tidak mudah puas
dengan apa yang diperolehnya, tidak mau berkompromi, dan egois dan selalu
menuntut dilayani.
2.
Manifestasi dari rasa iri hati anak
Pribadi anak yang suka iri hati ini
dapat terbentuk pada anak yang biasa diperlakukan berbeda satu sama lainnya.
Rasa iri hati terus berkembang secara berlarut-larut dan membuat anak memiliki
sifat mau menang sendiri.
3.
Pelampiasan dari perlakuan kasar
Perlakuan kasar yang diberikan pada
anak, berakibat hal yang tidak mengenakkan dan membuat anak selalu tertekan.
Hal ini dapat membangkitkan reaksi emosional yang membuat anak menjadi kesal,
jengkel, marah, dan tersinggung. Jika anak terus mendapatkan perlakuan kasar
sehingga dapat mempengaruhi anak akan memiliki watak yang keras dan kasar. Jiwa
anakpun cenderung menjadi pemberontak dan pendendam.
4.
Efek ketidakhar monisan hubungan dalam keluarga
Anak yang sering menyaksikan perselisihan
antara orang tua dapat memberi pengaruh negatif pada perkembangan psikis anak.
Tindak kekerasan yang dipertontonkan orang tua terhadap anak, dapat membuat
anak mahir melakukan tindak kekerasan , kurang menghargai, dan melecehkan orang
lain. Hal ini bisa terjadi, sebab secara psikologis anak yang yang dalam taraf perkembangan
kepribadiannya memiliki kecendurungan untuk melakukan peniruan dan
mengidentifikasikan perilaku yang dekat dengan dirinya.
5.
Anak merasa kurang diperhatikan dan terabaikan
Jika orang tua kurang memberi
perhatian pada anak, suka mengabaikan perasaan dan kebutuhan yang diinginkan
anak, kurang menyempatkan diri untuk mendengar dan memperhatikan suara hati
nurani anak. Hal ini bisa terjadi disebabkan oleh kesibukan orang tua atau
memang mempunyai banyak anak sehingga kurang mempunyai waktu yang cukup untuk
memperhatikan sikap anak.
6.
Pengaruh tontonan aksi-aksi kekerasan dari media TV
Dalam media TV saat ini banyak
tontonan yang menampilkan aksi-aksi kekerasan pada waktu anak-anak menonton.
Aksi kekerasan yang ditampilkan media TV ini akan berdampak buruk terhadap
psikis anak. Pada umumnya anak mudah menyerap dan meniru begitu saja
bentuk-bentuk perilaku yang ditampilkan. Maka jangan heran, anak kadang
bersikap mau menang sendiri, egois, dan bahkan cenderung agresif.
Menurut Hendra Surya (2010: 106),
menyatakan cara mengatasi sikap anak yang mau menang sendiri adalah :
· Berusaha untuk mengingatkan anak
tanpa menyinggung perasaan anak.
· Perlakukan anak dengan sabar.
· Jangan terlalu memanjakan anak.
· Ciptakan suasana kebersamaan dalam
keluarga.
· Dampingi anak ketika menonton TV dan
bermain PS.
· Ajarkan anak cara bergaul dengan
baik dan menyenangkan.
Sumber :
Sifat selalu ingin menang sendiri dan angkuh adalah contoh sifat
BalasHapus