Sabtu, 11 Juni 2016

EMOSI

EMOSI
Kata emosi diturunkan dari bahasa Perancis emotion , dari emouvoir “kegembiraan” dari bahasa latin emovere . Emosi adalah perasaan intens yang ditunjukan kepada seseorang karena reaksi sesuatu. Menurut para ahli :
-          Chaplin (1972) : Emosi merupakan suatu reaksi yang kompleks yang mengandung tingkatan aktivitas yang tinggi dan diikuti perubahan dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan yang kuat.
-          A.M Basuki (2008) : Emosi merupakan pribadi seseorang yang telah dipengaruhi sedemikian rupa sehingga pada umumnya individu kurang dapat menguasai diri lagi. Prilaku tersebut umumnya tidak memperhatikan norma dalam kehidupan bersama.
Display rules emosi :
1.      Masking → suatu emosi yang disembunyikan atau ditutupi
2.      Modulasi → emosi yang tidak dapat disembunyikan, tetapi dapat di kontrol
3.      Simulasi → orang tidak mengalami emosi tetapi seolah-olah ia mengalami emosi dengan menampakkan gejala fisiknya.
Macam – macam keadaan emosi :
Marah , ketakutan, kegembiraan, menyenangkan dan kegelisahan atau duka cita.
Teori-teori emosi:
1.      Teori james lange → emosi merupakan persepsi dari keadaan jasmani. Contohnya : orang gembira karena ia tertawa
2.      Teori cannon bard → emosi tergantung pada aktivitas otak atau aktivitas sentral.
3.      Teori schacter-singer → emosi yang dialami seeseorang berasal dari interprestasi terhadap keadaan jasmani yang bangkit/siaga. Contoh : seseorang yang mengalami ketakutan atau dalam keadaan bahaya maka kondisi fisiknya berada dalam keadaan siaga.
Ekspresi emosi :
1.      Ekspresi verbal → meliputi tulisan dan ungkapan verbal. Contohnya seperti seseorang yang sedang marah pragmatisme kalimat menjadi bermakna tidak jelas, misalnya “terserah !!” ini dapat diartikan selesai, tapi dapat juga diartikan sebagai suatu penolakan.
2.      Ekspresi non verbal → suatu ekspresi dari bentuk fisiologi tubuh serta nada suara yang digunakan individu sewaktu mengalami fase emosi. Misalkan jika seseorang yang sedang emosi cenderung akan meninggikan suaranya.
Faktor pencetus emosi:
1.      Faktor lingkungan → stress dapat ditimbulkan karena penyakit mental yang disebabkan oleh beberapa kejadian sehingga terjadi ketegangan emosi
2.      Faktor afektif → suatu perasaan mendalam yang dapat muncul kembali apabila ada tanda-tanda stimulus yang mirip
3.      Faktor kognitif → suatu keadaan keliru dimana seseorang salah mempresepsikan suatu pendapat.
Contoh :
Gambar disamping merupakan salah satu keadaan emosi dimana seseorang merasa ketakutan. Orang yang sedang merasa takut cenderung akan menutup mata atau telinganya agar dapat terhindar dari stimulus yang ia takuti. Rasa ingin melarikan diri atau pun sembunyi adalah hal yang biasa dirasakan apabila sedang ketakutan. Ekspresi rasa takut adalah menjerit, pucat pasi, keringat dingin, merinding, denyut jantung jadi cepat, gemetar dan lain-lain.
Kesimpulan :
Emosi adalah sutu respons terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat dan biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus. Respons demikian terjadi baik terhadap perangsang-perangsang eksternal maupun internal. Ada banyak faktor yang menyebabkan emosi, baik maupun buruk.


PERSEPSI

PERSEPSI
Persepsi (dari bahasa Latin perceptio, percipio) adalah tindakan menyusun, mengenali, dan menafsirkan informasi sensoris guna memeberikan gambaran dan pemahaman tentang lingkungan melalui panca indera. Menurut para ahli :
-          Plotnik (2005) : Pengalaman yang didapatkan seseorang setelah otak mengolah sensasi yang di dapat panca indera yang tidak bermakna menjadi suatu yang bermakna dan berpola.
-          A.M Heru Basuki (2008) : Proses mengenali suatu objek pada suatu individu setelah mendapat stimulus dari panca indera.
Faktor yang berperan dalam persepsi :
1.      Objek yang di persepsi → Objek akan menimbulkan stimulus yang merangsang alat indera atu reseptor sebagai penerima tanda
2.      Alat indera, syaraf dan pusat susunan syaraf → Alat indera berfungsi sebagai penerima stimulus, syaraf meneruskan stimulus yang di dapat dari reseptor ke otak.
3.      Perhatian → pemusatan atau koordinasi individu pada objek atau tanda.
Proses sensasi ke persepsi → Sensasi adalah merasakan atau menerima stimulus dari indera. Pertama indera mendapat stimulus dari luar berupa sentuhan, penglihatan, pendengaran maupun yang lainnya. Kemudian syaraf akan meneruskan stimulus dari reseptor ke otak ke tempat yang dituju. Misalnya lobus oksipital tempat menyimpan informasi visual, wernike tempat penyimpanan memori dll.
Hukum persepsi :
1.      Hukum kedekatan (proximity) → elemen yang sama atau berdekatan akan dikelompokan bersama
2.      Hukum ketertutupan (closure) → seseorang akan melengkapi gambar yang belum lengkap lalu  melihat gambar tersebut secara utuh
3.      Hukum figure – ground → seseorang cenderung akan melihat sesuatu dari tampilan objeknya lalu baru melihat background dari benda tersebut. Antara figure dan ground dapat bertukar fungsi tergantung padaperhatian seseorang saat melakukan persepsi
4.      Hukum kemiripan (similarity) → objek yang sama cenderung di persepsikan sebagai suatu kesatuan
5.      Hukum konstinuitas (continuity) → mengelompokan objek yang berupa garis atau titik menjadi suatu kesatuan yang kontiniu

·         Konstansi dalam persepsi :
·         Persepsi Kedalaman :
1.      Konstansi bentuk
2.      Konstansi warna
3.      Konstansi ukuran
1.      Linear perspective
2.      Relative perspective
3.      Interposisition
4.      Light and shadow
5.      Texture gradient
6.      Atmospheric perspective
7.      Motion paraliax
Contoh :
Pertama kali saya melihat gambar di samping adalah wajah seorang wanita. Tetapi jika dilihat dari sisi lain, gambar tersebut adalah gambar bunga. Dalam hal ini cara kita merepresentasikan objek–objek bergantung sebagian kepada sudut pandang kita dalam memahami objek –objek. Contoh disamping merupakan salah satu contoh dari hukum persepsi yaitu hukum figure-ground. Dimana menurut saya bagian yang dominan dari gambar tersebut adalah gambar wajah wanita dan menjadi fokus perhatian. Sedangkan gambar bunga tidak menjadi fokus dalam persepsi. Pada dasarnya antara figure dan ground dapat terjadi pertukaran fungsi. Yang semula ground dapat menjadi figure dan sebaliknya, tergantung pada perhatian seseorang saat melakukan persepsi.




Kesimpulan :
Bentuk akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk,  ukuran, maupun warna suatu obyek, individu akan mudah untuk memfokuskan perhatian lalu membentuk persepsi. Jadi, persepsi proses kognitif yang memungkinkan kita dapat memahami lingkungan disekitar kita. Persepsi seseorang tentunya akan berbeda satu sama lain. “Melihat gambaran yang sama tetapi dengan cara yang berbeda-beda

Talkshow Anak Berkebutuhan Khusus

TALKSHOW ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
KETERBATASAN BUKAN BATASAN
Merubah paradigma pada anak – anak berkebutuhan khusus”

BEM Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma kembali menggelar acara yaitu Talkshow Anak Berkebutuhan Khusus yang dilaksanakan di Auditorium D462, Gunadarma University pada tanggal 25 Mei 2016. Acara ini merupakan salah satu rangkaian acara dari #PIASE2016 “Psychology Innovation in Art, Social and Education”.
Talkshow ini dibuka oleh penampilan Zelda Maharani yang membawakan beberapa lagu sambil memainkan keyboard. BEMF Psikologi Gunadarma mengundang dua pembicara ternama yaitu Arist Merdeka Sirait yang kita tahu sebagai ketua KPAI (Komnas Perlindungan Anak Indonesia), dan seorang psikolog yaitu Katarina Ira Puspita.
Talkshow ini memberikan kita gambaran tentang anak berkebutuhan khusus. Banyak yang melihat anak berkebutuhan khusus dengan sebelah mata. Padahal sebenarnya dibalik keterbatasannya terdapat segudang prestasi yang membanggakan.
Kita mendapat banyak pelajaran dari talkshow ini, salah satunya seperti yang di katakan ibu Katarina bahwa anak berkebutuhan khusus tidak boleh di jadikan joke. Seperti halnya yang sering terjadi dikalangan masyarakat, banyak yang menggunakan kata “autis” sebagai joke untuk mengejek satu sama lain. Anak adalah anugerah yang di berikan oleh Tuhan. Mempunyai Anak berkebutuhan khusus bukanlah sebuah “Vonis”.  Anak-anak berkebutuhan khusus pada dasarnya sama dengan anak-anak lain yang punya kelebihan dan juga punya kekurangan. Bagi orang tua yang mempunyai anak berkebutuhan khusus jangan merasa malu atau merasa risih. Bantulah masyarakat untuk mengerti bahwa anak berkebutuhan khusus bukan sesuatu yang harus di kasihani, tetapi harus disayangi.
“Sayangilah aku, jangan kasihani aku” begitulah curahan hati anak berkebutuhan khusus. Mari kita rangkul dan berikan kasih sayang kepada mereka. Kita sebagai masyarakat memiliki peranan penting untuk bantu mensosialisasian pengetahuan yang kita punya mengenai ABK. Sehingga tidak terjadi kesalahan paradigma tentang ABK.
Jumlah kejahatan seksual pada anak yang terjadi di Indonesia semakin meningkat. Anak berkebutuhan khusus merupakan salah satu sasaran empuk bagi para “predator”, begitu yang diucapkan oleh bapak Arist. Pengawasan orang tua sangat penting untuk anak. Para orang tua seharusnya lebih memerhatiakan anak. Bimbinglah anak untuk bersosialisasi dengan lingkungannya.
sertifikat Talkshow anak berkebutuhan khusus


Jumat, 20 Mei 2016

SIFAT MAU MENANG SENDIRI


Menurut Hildayani, Rini (2005:  7.3), mau menang sendiri yaitu prilaku anak yang tidak mau dan tidak bisa menerima kekalahan, maksudnya keadaan yang menyebabkan ia merasa tidak berhasil mencapai apa yang diinginkan, meliputi hal-hal yang bersifat materi maupun non-materi.
Prilaku mau menang sendiri dapat muncul dalam bentuk lain, seperti berbaris selalu ingin didepan, mengerjakan tugas harus selesai terlebih dahulu,berusaha merebut perhatian guru, tidak suka bila temannya mendapat nilai yang lebih tinggi atau temannya dipuji guru sementara dirinya tidak (tidak mendapatkan non materi yang diinginkan).
Prilaku mau menang sendiri erat kaitannya dengan sifat iri hati/cemburu pada teman/orang lain dan belum atau tidak berkembangnya kontrol diri pada anak. Anak yang mau menang sendiri berusaha mendominasi/menguasai anak lain, memaksa temannya untuk mengikuti apa yang diinginkannya.
Pada dasarnya perilaku mau menang sendiri pada anak prasekolah bila terjadi sekali-kali masih dianggap wajir, tapi jika terjadi berulang-ulang dan sering hampir tiap hari maka hal tersebut sudah menjadi masalah dan tidak lagi dapat diterima sebagai hal yang wajar.

Dalam lingkungan kehidupan sehari-hari kita, kapanpun, dimanapun, akan selalu ada saja karakter orang yang mau menang sendiri, sering merendahkan idea atau eksistensi orang lain, sok ngatur dll. Sikap yang sebenarnya dapat dikategorikan sebagai ‘childish’ (kekanak-kanakkan), ya bagai seorang anak kecil yang selalu dimanja, maka saat dia bermain dengan temannya, dia akan selalu ‘ingin menang sendiri’, marah apabila kalah dan membuat suatu permainan berubah jadi ‘ga asik lagi’.

Tidak mau kalah atau menang sendiri merupakan satu sikap buruk dalam pergaulan, interaksi social, maupun kehidupan rumah tangga. Orang yang memiliki karakter seperti ini cenderung otoriter, sombong, dan tidak kenal kompromi. Segala sesuatu harus dibawah kekuasaan dan tunduk pada keinginannya. Jangankan menerima pendapat orang lain, mendengarnya saja sudah tidak mau. 

Bisa jadi pribadi ini sudah terbentuk dari sejak kecil. Mungkin dia sudah dibentuk oleh lingkungannya.Pemanjaan yang berlebihan dapat menjadi penyebab anak sulit menerima kekalahan. Orang tua yang cenderung mengikuti/memenuhi keinginan dengan segera, menyebabkan anak tidak pernah belajar menunda keinginannya, atau menerima kekecewaan. Di kehidupan dewasanya, mereka akan berubah menjadi pribadi yang ingin menang sendiri

Ciri-ciri anak yang mau menang sendiri
Menurut Hildayani, Rini (2005: 7.4), ciri-ciri anak yang mau menang sendiri yaitu,
a)     Kurang mampu mengontrol diri/emosi
b)     Memiliki kecenderungan agresif
c)      Self esteem (harga diri) seolah-olah yang paling tinggi
d)     Empati kurang berkembang
e)     Tidak mengikuti aturan dan bertindak semaunya
f)      Perilakunya memancing kemarahan orang sekitarnya
g)      Kualitas hubungan sosialnya buruk
h)     Memiliki sikap penuntut (demanding)

Penyebab anak mau menang sendiri

Menurut Hildayani, Rini (2005: 7.4), hambatan dalam perkembangan sosial-emosional anak yang maumenang sendiri yang tampil dalam bentuk sikap, prilaku,dan ciri-ciri seperti yang diatas disebabkan olehbeberapa hal, yaitu:
a)     Temperamen anak yang tergolong sulit
Tempramen adalah factor bawaan yang diturunkan oleh orang tua terhadap anaknya yang menyebabkan adanya perbedaan individual dalam merespon lingkungan. Perbedaan tersebut menyangkut delapan hal, yaitu tingkat aktivitas, irama biologis, kecenderungan untuk mendekatkan atau menghindar, kemampuan beradaptasi, ambang sensori, intensitas atau tingkat energy reaksi, suasana hati, rentang perhatian atau ketakutan. Pada anak yang tempramen sulit, kemampuan beradaptasinya kurang, intensitas reaksinya tinggi, dan suara hati yang negative, serta tingkat ketekunan yang rendah, menyebabkan perilaku mau menang sendiri mudah muncul.
b)     Perlakuan dan pola asuh anak yang kurang tepat
Beberapa perlakuan orang tua yang kurang tepat karena terlalu sedikit atau terlalu banyak memenuhi kebutuhan dasar psikologis anak dapat menjadi penyebab berkembang perilaku mau menang sendiri pada anak. Perilaku tersebut misalnya:
1.     Pemanjaan yang berlebihan dapat menjadi penyebab anak sulit menerima kekalahan. Orang tua yang cenderung mengikuti/memenuhi keinginan dengan segera, menyebabkan anak tidak pernah belajar menunda keinginannya, atau menerima kekecewaan.
2.      Kurang perhatian, kasih sayang dan kehangatan dari orang tua juga dapat menjadi penyebab perilaku mau menang sendiri. Kebutuhan psikologisnya tidak terpenuhi dengan cukup, membuat anak tidak merasa nyaman, tidak dicintai, tidak diterima dan tidak berharga bagi orang tuanya.
3.      Orang tua yang cenderung permisif, membiarkan anak berperilaku sesuai keinginannya tanpa ada upaya untuk membatasi perilakunya sehingga pada anak tidak ditanami moral, disiplin dan rasa tanggung jawab.

Menurut Hendra surya (2006:100), mengemukakan faktor yang menyebabkan anak memiliki sikap mau menang sendiri adalah :
1.     Anak terlalu dimanja
Secara sadar atau tidak sadar sebagian orang tua memperlakukan anak secara istimewa. Sehingga orang tua selalu ingin membahagiakan anaknya dengan cara memenuhi segala keinginan anaknya. Rasa kasih sayang secara berlebihan secara perlahan-lahan membentuk karakter pada anak seperti : menuntut perhatian yang berlebihan, menuntut suatu secara berlebihan, setiap keinginan anak harus dipenuhi, tidak mudah puas dengan apa yang diperolehnya, tidak mau berkompromi, dan egois dan selalu menuntut dilayani.
2.     Manifestasi dari rasa iri hati anak
Pribadi anak yang suka iri hati ini dapat terbentuk pada anak yang biasa diperlakukan berbeda satu sama lainnya. Rasa iri hati terus berkembang secara berlarut-larut dan membuat anak memiliki sifat mau menang sendiri.
3.     Pelampiasan dari perlakuan kasar
Perlakuan kasar yang diberikan pada anak, berakibat hal yang tidak mengenakkan dan membuat anak selalu tertekan. Hal ini dapat membangkitkan reaksi emosional yang membuat anak menjadi kesal, jengkel, marah, dan tersinggung. Jika anak terus mendapatkan perlakuan kasar sehingga dapat mempengaruhi anak akan memiliki watak yang keras dan kasar. Jiwa anakpun cenderung menjadi pemberontak dan pendendam.
4.     Efek ketidakhar monisan hubungan dalam keluarga
Anak yang sering menyaksikan perselisihan antara orang tua dapat memberi pengaruh negatif pada perkembangan psikis anak. Tindak kekerasan yang dipertontonkan orang tua terhadap anak, dapat membuat anak mahir melakukan tindak kekerasan , kurang menghargai, dan melecehkan orang lain. Hal ini bisa terjadi, sebab secara psikologis anak yang yang dalam taraf perkembangan kepribadiannya memiliki kecendurungan untuk melakukan peniruan dan mengidentifikasikan perilaku yang dekat dengan dirinya.
5.     Anak merasa kurang diperhatikan dan terabaikan
Jika orang tua kurang memberi perhatian pada anak, suka mengabaikan perasaan dan kebutuhan yang diinginkan anak, kurang menyempatkan diri untuk mendengar dan memperhatikan suara hati nurani anak. Hal ini bisa terjadi disebabkan oleh kesibukan orang tua atau memang mempunyai banyak anak sehingga kurang mempunyai waktu yang cukup untuk memperhatikan sikap anak.
6.     Pengaruh tontonan aksi-aksi kekerasan dari media TV
Dalam media TV saat ini banyak tontonan yang menampilkan aksi-aksi kekerasan pada waktu anak-anak menonton. Aksi kekerasan yang ditampilkan media TV ini akan berdampak buruk terhadap psikis anak. Pada umumnya anak mudah menyerap dan meniru begitu saja bentuk-bentuk perilaku yang ditampilkan. Maka jangan heran, anak kadang bersikap mau menang sendiri, egois, dan bahkan cenderung agresif.

Menurut Hendra Surya (2010: 106), menyatakan cara mengatasi sikap anak yang mau menang sendiri adalah :
·       Berusaha untuk mengingatkan anak tanpa menyinggung perasaan anak.
·       Perlakukan anak dengan sabar.
·       Jangan terlalu memanjakan anak.
·       Ciptakan suasana kebersamaan dalam keluarga.
·       Dampingi anak ketika menonton TV dan bermain PS.
·       Ajarkan anak cara bergaul dengan baik dan menyenangkan.
Sumber :


KESUKSESAN PUTRA/PUTRI INDONESIA DALAM KOMPETISI INTERNASIONAL DI BIDANG MATEMATIKA


Setelah 25 tahun keiikutsertaan Indonesia dalam ajang Olimpiade Matematika Internasional, akhirnya tim Indonesia berhasil meraih medali emas. Tim Olimpiade Matematika Indonesia (TOMI) yang terdiri dari enam peserta berhasil membawa pulang satu medali emas, satu perak, dan empat perunggu dari ajang International Mathematical Olympiad (IMO) ke - 54 yang diselenggarakan di Santa Marta, Kolumbia tanggal 18 – 27 Juli 2013.
Medali emas dipersembahkan oleh Stephen Sanjaya (SMAK 1 BPK Penabur Jakarta) yang berada di rangking 10 dari 528 peserta. Sedangkan, medali perak diraih oleh Fransisca Susan (SMAK 1 BPK Penabur Jakarta) dan empat perunggu masing-masing diperoleh oleh Stephen Sanjaya (SMAK 1 BPK Penabur Jakarta), Bivan Alzacky Harmanto (SMA Labschool Jakarta), Gede Bagus Bayu Pentium (SMA Semesta Semarang), Reza Wahyu Kumara (SMAN Sragen BBS), dan Kevin Christian Wibisono (SMAK IPEKA Puri Indah Jakarta).
Al Haji mengatakan pada tahun 2012, Indonesia hanya berada pada ranking ke-35 dari 100 negara dengan perolehan 1 perak, 3 perunggu, dan 1 honorable mention. Menurutnya, pencapaian Indonesia tahun ini menunjukkan kemampuan Matematika siswa Indonesia sudah diakui di tingkat dunia. Dia berharap prestasi keenam peserta IMO tersebut bisa memotivasi para siswa Indonesia agar menyukai pelajaran Matematika.
Keberangkatan tim Indonesia ke ajang IMO 2013 didampingi oleh tim pembina yang terdiri dari Dr. Budi Surodjo (Universitas Gajah Mada) sebagai leader, Dr. Yudi Satria (Universitas Indonesia) sebagai deputy leader, Dr. Hery Susanto (Universitas Negeri Malang) sebagaiobserver, serta Dr. Alhaji Akbar Bachtiar (Universitas Indonesia) sebagai observer

Sumber: