Sabtu, 16 April 2016

Kunjungan ke Anjungan Jambi

Kunjungan ke Anjungan Jambi
Anjungan Provinsi Jambi merupakan salah satu Anjungan Daerah di Taman Mini Indonesia Indah. Anjungan ini menyajikan rumah adat Melayu, rumah betiang atau rumah sepucuk jambi sembin lurah, yang mulai dibangun April 1974 dan diresmikan setahun kemudian. Pada tahun 1979 dibangun sebuah panggung berbentuk perahu angsa, perahu tradisional daerah Jambi, dinamakan kajang lako. Di belakang rumah betiang terdapat bangunan berupa lumbung (blubur), yakni tempat penyimpanan hasil pertanian beserta peralatannya, sedangkan di sampingnya berdiri bangunan balai digunakan untuk kantor pengelola anjungan dan ruang pameran berbagai jenis hasil alam, industri, serta kerajinan kayu dari 10 kabupaten/kota.
Rumah betiang terbuat dari kayu besi (bulian) sesuai dengan daerah asalnya. Tangga masuk terletak di bagian depan, belakang, atau samping. Sesudah anak tangga paling atas terdapat bagian yang diperlebar, disebut jogan, tempat meletakkan sepatu atau sandal.
Rumah ini memiliki tiga ruangan utama, yakni serambi terbuka (pelancaan), serambi dalam (serambi gedang), dan ruang induk. Masing-masing ruangan memiliki fungsi, mulai dari tempat kegiatan kaum laki-laki, tempat tidur keluarga, sampai pada ruang musyawarah pemuka adat (tuo-tuo tengganai).
Hiasan rumah berupa ukiran motif flora—seperti dedaunan, bebungaan, dan sulur-suluran dengan pola antara lain tampuk/bunga manggis, kembang cengkih, bunga matahari, kuncup teratai, relung kangkung, dan bunga jeruk purut. Selain untuk memperindah, secara umum ukiran melambangkan kesuburan, kedamaian, dan kehidupan. Pola ukiran lain, misalnya kayu arorebah, belang mato ayam gelang sempuru, dan gelang kepalo naga, seringkali juga digunakan.
Rumah betiang di Anjungan Jambi digunakan untuk memeragakan berbagai aspek budaya, adat istiadat, dan seni tradisi, seperti pakaian adat, tari sekapur sirih, dan tari rangguk. Ruangan induk dipergunakan sebagai ruang pamer pakaian adat para pemuka adat dari setiap kabupaten; pelaminan bangsawan (putri ratno), aslinya tujuh tingkat tetapi yang terdapat di anjungan hanya tiga tingkat; dan pelaminan masyarakat biasa (amben melintang). Salah satu keistimewaan amben melintang yang terdapat di anjungan adalah warna aslinya tidak memudar meski usianya telah mencapai lebih dari 100 tahun. Di sudut ruangan lain diperagakan juga benda kerajinan dan peralatan tradisional, serta boneka yang menggambarkan orang sedang menenun.
Kolong rumah digunakan untuk latihan sanggar tari ‘Selaras Pinang Masak’ dan resepsi untuk umum. Untuk menggambarkan lingkungan alam daerah Jambi, di sekitaran halaman anjungan diletakkan patung-patung satwa liar, seperti gajah, harimau, dan beruang lengkap dengan kolam sungai yang menggambarkan Sungai Batanghari.
Panggung pertunjukan berbentuk perahu angsa, digunakan untuk pergelaran berbagai kesenian tradisional, seperti tari rangguk, tari selampit, tari kelik elang, dan tari nelayan, terutama pada hari Minggu dan hari libur. Adat istiadat yang masih hidup di dalam masyarakat Jambi, seperti upacara adat daur hidup manusia, seringkali dipentaskan melalui kegiatan Paket Acara Khusus. Biasanya, kegiatan itu menampilkan juga peragaan busana, lagu daerah, dan pameran makanan tradisional khas daerah Jambi.
Kebudayaan Jambi
1. Rumah Adat
Rumah adat Jambi dinamakan Rumah Panggung dengan model kajang lako. Rumah adat tersebut merupakan rumah tinggal yang terbagi dalam 8 ruangan. Ruangan tersebut adalah: pertama Jogan, merupakan tempat istirahat dan menaruh air. Kedua Serambi Depan, merupakan ruangan untuk tamu laki-laki juga ruangan untuk mengaji anak-anak lelaki. Ketiga, Serambi Dalam yang merupakan tempat tidur bagi anak-anak lelaki. Keempat, Ameben Melintang yang merupakan kamar pengantin. Kelima, Serambi Belakang yang merupakan kamar tidur bagi anak-anak gadis. Keenam, Laren yang merupakan tempat menerima tamu wanita dan kegiatan anak-anak remaja putri. Ketujuh, Garang yang merupakan ruangan untuk menumbuk padi sekaligus tempat untuk menampung air. Kedelapan adalah dapur. Ada pula ruangan yag disebut Tengganai, yaitu ruangan yang digunakan untuk pertemuan kaum/ninik mamak.
2. Pakaian Adat
Pria dari Jambi memakai mahkota dan kalung bersusun. Ia juga memakai pending dengan keris terselip di depan perut serta gelang emas pada kedua belah lengan dan tangan. Baju dan celananya bersuji dengan model yang khas dan kain songket melingkar di tengah badan.
Pakaian yang dipakai wanitanya serupa benar dengan sang pria seperti mahkota, kalung bersusun, pending serta gelang emas pada kedua belah lengan, tangan dan kaki. Ia juga memakai baju kurung serta kain songket. Pakaian ini dipakai untuk upacara pernikahan.
3. Tari-tarian Daerah Jambi
a. Tari Sekapur Sirih, merupakan tari persembahan. Tari adat Jambi ini banyak persamaannya dengan tari Melayu.
b. Tari Selampit Delapan, merupakan tari pergaulan muda-mudi dan sangat digemari di daerah Jambi.
c. Tari Rangguk, tarian Jambi yang lincah untuk menyambut tamu.
d. Skin adalah sejenis keris kecil. Sesuai dengan namanya, tari "skin" menggambarkan ketangkasan kaum wanita dalam ulah keprajuritan. Tari ini merupakan tari kreasi yang tetap memanfaatkan perbendaharaan gerak tari tradisi.
4. Senjata Tradisional
Keris merupakan senjata tradisional di Jambi. Keris yang bentuknya lurus, dinamakan badik tumbuk lada. Keris ini banyak dan terdapat dimana-mana. Hulunya terbuat dari kayu atau tanduk dan wilayahnya lurus. Selain itu terdapat pula keris dengan wilahan yang berlekuk. Senjata lainnya adalah tombak, pedang dan sumpit.
5. Suku: Suku dan marga yang terdapat didaerah Jambi adalah: Melayu, Kerinci, Kubu, Penghulu, Bajau, Batin, dan lain-lain.
6. Bahasa Daerah : Bajau, Melayu, Kubu, dan lain-lain.
7. Lagu Daerah : Batang Hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar